Wajibkah Mengqodlo' Sholat Yang Pernah Kita Tinggalkan?

Wajibkah Mengqodlo' Sholat Yang Pernah Kita Tinggalkan?

Sholat merupakan ibadah wajib yang tidak boleh ditinggalkan. Oleh karena itu ketika kita lupa atau dengan sengaja meninggalkan sholat apakah wajib mengqodlo' sholat yang telah kita tinggalkan?

Kewajiban untuk meng-qodlo sholat

Orang yang wajib mengerjakan sholat, kemudian ia tidak mengerjakannya sampai waktunya habis, maka ia diwajibkan mengqodho’ sholat yang ia tinggalkan, berdasarkan sabda Nabi ;

ﻣَﻦْ ﻧَﺴِﻲَ ﺻَﻼَﺓً ﻓَﻠْﻴُﺼَﻞِّ ﺇِﺫَﺍ ﺫَﻛَﺮَﻫَﺎ، ﻻَ ﻛَﻔَّﺎﺭَﺓَ ﻟَﻬَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﺫَﻟِﻚ

“Barang siapa yang lupa mengerjakan sholat, maka hendaklah ia melaksanakannya jika telah mengingatnya, tidak ada tebusan baginya kecuali itu.” (Shohih Bukhori, no.597 dan Shohih Muslim, no.684)

Dalam riwayat lain dijelaskan ;

ﺇِﺫَﺍ ﺭَﻗَﺪَ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ، ﺃَﻭْ ﻏَﻔَﻞَ ﻋَﻨْﻬَﺎ، ﻓَﻠْﻴُﺼَﻠِّﻬَﺎ ﺇِﺫَﺍﺫَﻛَﺮَﻫَﺎ

“Apabila salah seorang dari kalian tertidur hingga luput dari mengerjakan satu shalat atau ia lupa, maka hendaklah ia menunaikan sholat tersebut ketika ia ingat.” (Shohih Muslim, no.684)

Bergegas mengqodho’ sholat.

Dan diperbolehkan mengakhirkan qodho’ sholat yang ditinggalkan, apabila sholat tersebut ditinggalakan karena ada udzur, seperti ketiduran. Ketentuan ini didasarkan pada hadits nabi ;

عَنْ عِمْرَانَ، قَالَ : کُـنَّا فِي سَفَرٍ مَعَ النَّبِيِّ صَلّیَ اللهُ عَلَیْهِ وَسَلَّمَ، وَاِنَّا اَسْرَیْنَا حَتَّی کُـنَّا فِی أٰخِرِ اللَّیْلِ، وَقَعْنَا وَقْعَةً، وَلَا وَقْعَةَ أَحْلَی عِنْدَ الْمُسَافِرِ مِنْهَا، فَمَا اَیْقَظَنَا اِلَّا حَرُّ الشَّمْشِ، وَکَانَ اَوَّلَ مَنِ اسْتَیْقَظَ فُلَانٌ، ثُمَّ فُلَانٌ – یُسَمِّیْهِمْ اَبُو رَجَاءٍ فَنَسِيَ عَوْفٌ ثُمَّ عُمَرُ ابْنُ الْخَطَّابِ الرَّابِعُ – وَکَانَ النَّبِی صلی اللهُ عَلَیْهِ وَسَلَّمَ اِذَا نَامَ لَمْ یُوْ قَظْ حَتَّی یَکُوْنَ هُوَ یَسْتَیْقِظُ، لِأَنَّ لَا نَدْرِي مَایَحْدُثُ لَهُ فِی نَوْمِهِ، فَلَمَّا اسْتَیْقَظَ عُمَرُ وَرَأَی مَا أَصَابَ النَّاسِ وَکَانَ رَجُلًا جَلِیْدًا، فَکَبَّرَ وَرَفَعَ صَوْتَهُ بِالتَّکْبِیْرِ، فَمَا زَالَ یُکَبِّرُ وَیَرْفَعُ صَوْتَهُ بِالتَّکْبِیْرِ حَتَّی اسْتَیْقَظَ بِصَوْتِهِ النَّبِیُّ صلی الله علیه وسلم، فَلَمَّا اسْتَیْقَظَ شَکَوْ اِلَیْهِ الَّذِی اَصَابَهُمْ، قَالَ : لَا ضَیْرَ - اَوْلاَ یَضِیْرُ – ارْتَحِلُوا، فَارْتَحَلَ، فَسَارَ غَیْرَ بَعِیْدٍ، ثُمَّ نَزَلَ فَدَعَا بِالْوُضُوء، فَتَوَضَّأَ، وَنُوْدِيَ بِالصَّلَاةْ، فَصَلیّ بِالنَّاسِ

“Dari ‘Imron, ia berkata, Kami pernah dalam suatu perjalanan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kami berjalan di waktu malam hingga ketika sampai di akhir malam kami tidur, dan tidak ada tidur yang paling enak (nyenyak) bagi musafir melebihi yang kami alami. Hingga tidak ada yang membangunkan kami kecuali panas sinar matahari. Dan orang yang pertama kali bangun adalah si fulan, lalu si fulan, lalu seseorang yang Abu ‘Auf mengenalnya namun akhirnya lupa. Dan ‘Umar bin Al Khaththab adalah orang keempat saat bangun, Sedangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila tidur tidak ada yang membangunkannya hingga beliau bangun sendiri, karena kami tidak tahu apa yang terjadi pada beliau dalam tidurnya. Ketika ‘Umar bangun dan melihat apa yang terjadi di tengah banyak orang (yang kesiangan) -dan ‘Umar adalah seorang yang tegar penuh keshabaran-, maka ia bertakbir dengan mengeraskan suaranya dan terus saja bertakbir dengan keras hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terbangun akibat kerasnya suara takbir ‘Umar. Tatkala beliau bangun, orang-orang mengadukan peristiwa yang mereka alami. Maka beliau bersabda: Tidak masalah, atau tidak apa dan lanjutkanlah perjalanan. Maka beliau meneruskan perjalanan dan setelah beberapa jarak yang tidak jauh beliau berhenti lalu meminta segayung air untuk wudlu, beliau lalu berwudlu kemudian menyeru untuk shalat. Maka beliau shalat bersama orang banyak.” (Shohih Bukhori, no.344) Namun disunatkan untuk bergegas mengqodho’ sholat yang ditinggalkan karena adanya udzur. Sedangkan apabila sholat tersebut ditinggalkan tanpa adanya udzur maka diwajibkan untuk segera mengqodho’ sholat yang ditinggalkan menurut pendapat yang shohih.

Urutan Mengqodho’ Sholat

Apabila sholat yang ditinggalkan lebih dari satu, disunatkan untuk mengqodho’ sholat-sholat tersebut berurutan, sesuai dengan waktunya. Kesunatan ini didasarkan pada hadits ;

ﻋَﻦْ ﺟَﺎﺑِﺮِ ﺑْﻦِ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ، ﺃَﻥَّ ﻋُﻤَﺮَ ﺑْﻦَ ﺍﻟﺨَﻄَّﺎﺏِ، ﺟَﺎﺀَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟﺨَﻨْﺪَﻕِ، ﺑَﻌْﺪَ ﻣَﺎ ﻏَﺮَﺑَﺖِ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲُ ﻓَﺠَﻌَﻞَ ﻳَﺴُﺐُّ ﻛُﻔَّﺎﺭَ ﻗُﺮَﻳْﺶٍ، ﻗَﺎﻝَ : ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣَﺎ ﻛِﺪْﺕُ ﺃُﺻَﻠِّﻲ ﺍﻟﻌَﺼْﺮَ، ﺣَﺘَّﻰ ﻛَﺎﺩَﺕِ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲُ ﺗَﻐْﺮُﺏُ، ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ : » ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣَﺎ ﺻَﻠَّﻴْﺘُﻬَﺎ « ﻓَﻘُﻤْﻨَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺑُﻄْﺤَﺎﻥَ، ﻓَﺘَﻮَﺿَّﺄَ ﻟِﻠﺼَّﻼَﺓِ ﻭَﺗَﻮَﺿَّﺄْﻧَﺎ ﻟَﻬَﺎ، ﻓَﺼَﻠَّﻰ ﺍﻟﻌَﺼْﺮَ ﺑَﻌْﺪَ ﻣَﺎ ﻏَﺮَﺑَﺖِ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲُ، ﺛُﻢَّ ﺻَﻠَّﻰ ﺑَﻌْﺪَﻫَﺎ ﺍﻟﻤَﻐْﺮِﺏ

“Dari Jabir bin Abdillah Rodhiyallohu’anhuma, bahwasannya Umar bin Khottob rodhiyallohu’anhu datang pada hari peperangan Khondaq setelah matahari akan tenggelam, lalu beliau mulai mencerca orang-orang kafir Quraisy (karena menyebabkan para sahabat terlambat sholat ashar), beliau berkata: “Wahai Rosulullah, aku belum melakukan sholat ashar padahal matahari hampir tenggelam.” Nabi shollallohu’alaihi wa sallam bersabda: “Aku pun belum sholat ashar.” Maka kami bangkit menuju lembah buthhan, lalu Nabi shollallohu’alaihi wa sallam berwudhu untuk sholat, kami pun ikut berwudhu, lalu Rosulullah shollallohu’alaihi wa sallam melakukan sholat ashar setelah matahari terbenam (di waktu maghrib), kemudian setelah itu beliau sholat maghrib.” (Shohih Bukhori, no.596)

Tata Cara Sholat Qodho’

Cara mengerjakan sholat qodho’ itu sama saja dengan sholat ada’ (sholat yang dikerjakan pada waktunya) dalam semua hal, mulai dari syarat sah sampai rukun-rukunnya. Sedikit perbedaannya terletak pada niatnya, dalam sholat qodho’ disunatkan untuk mengganti kata “ada’an” dengan kata “qodho’an”. Namun, hal ini tidak wajib, sebab dalam madzhab syafi’i tidak diwajibkan untuk menyinggung ada’ atau qodho’ ketika niat, hanya saja penambahan kata “qodho’an” dianjurkan untuk menghindari perselisihan seputar diwajibkannya penambahan tersebut.

Referensi :
1. Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab, Juz : 3 Hal : 68-69
2. At Taqrirot Asy Syadidah, Hal : 210
3. Al Muhadzdzab, Juz : 1 Hal : 134-135 Ibarot :
4. Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab, Juz : 3 Hal : 68-69

Post a Comment for "Wajibkah Mengqodlo' Sholat Yang Pernah Kita Tinggalkan?"